Jumat, 14 April 2017
MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTOFOLIO:REKSA DANA, ANALISIS PENILAIAN SAHAM DAN RISK & RETURN
1. REKSA DANAReksa Dana adalah wadah investasi untuk menghimpun dana dari masyarakat, untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi dalam Portofolio Efek.Jenis Reksa Dana
Sabtu, 01 April 2017
Sejarah PT ADES ( AKASHA WIRA INTERNASIONAL )
PROFIL PT AKASHA WIRA INTERNASIONAL TBK (ADES)
Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 – Indonesia
ADES (Akasha Wira), Kenapa Menurun?
PT Akasha Wira International Tbk (ADES), profit bersihnya menurun tajam di tahun 2013.
PT Akasha Wira International Tbk didirikan pertama kali di tahun 1985 dengan nama PT Alfindo Putra Setia. PT Alfindo Putra Setia melakukan IPO di tahun 1994, dan pada tahun 2004 perseroan diakuisisi oleh Water Partners Bottling S.A. (WPB), sebuah perusahaan patungan antara Nestlé S.A. dan Refreshment Product Services (anak perusahaan The Coca-Cola Company). Pada tahun 2008, Sofos, sebuah perusahaan Private Equity yang bermarkas di Singapura mengakusisi Water Partners Bottling S.A. (WPB) dan secara tidak langsung menguasai PT Akasha Wira International Tbk (ADES)..
Pada awalnya, ADES hanya bergerak dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang memproduksi serta menjual produk air minum dalam kemasan dengan merek dagang AdeS dan AdeS Royal yang dimiliki oleh The Coca Cola Company, dan Nestlé Pure Life yang dimiliki oleh Nestlé SA. namun Di tahun 2010 Perseroan memperluas bidang usahanya dalam bisnis kosmetika dengan membeli merek produk perawatan rambut Makarizo beserta mesin produksi kosmetika milik PT Damai Sejahtera Mulia.
kinerja PT Akasha Wira International Tbk (ADES) di tahun 2013 tidak sebaik di 2012, terutama dalam hal kemampulabaan.
Jumlah laba komprehensif Perseroan tahun 2013 adalah Rp 56,6 milyar, atau mengalami penurunan sebesar 33% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp 83 milyar. Penurunan Laba bersih tersebut diakibatkan oleh Penjualan bersih tumbuh lebih rendah daripada kenaikan beban.ADES mencatatkan peningkatan beban usaha sebesar Rp 42 milyar di tahun 2013, sedangkan total penjualan berjumlah rp.502,5 M .
Kewajiban jangka panjang ADES per 31 Desember 2013 adalah Rp 68 milyar menurun per 31 Desember 2012 yang sebesar Rp 81 milyar milyar. Penurunan tersebut sebagian besar karena angsuran pelunasan pinjaman bank jangka panjang yang terus dilakukan ADES.
Kinerja Perseroan di tahun 2013 yang tetap positif menghasilkan peningkatan dalam jumlah ekuitas Perseroan per 31 Desember 2013 menjadi Rp 265 milyar, naik 26,61% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, karena saldo rugi ADES peninggalan manajemen terdauhulu masih besar yakni rp 488M, hal ini akan membuat ADES tidak akan membagikan deviden dalam waku dekat ini,
Dari sisi manajemen, ADES menghadapi tantangan akibat adanya pergantian CEO , dari Agoes Wangsapoetra menjadi Martin Jimi di Juni 2013. Pergantian CEO yang disusul Kenaikan beban langsung dan administrasi yg menggerus laba bersih tentu menimbulkan tanda Tanya terkait kemampuan CEO baru untuk mengendalikan biaya.
.
Bila melihat dari sepak terjang Albert Tan-Lienhart dalam mengendalikan Sofos dan ADES, agaknya bisa kita simpulkan bahwa Albert adalah seorang yang konservatif dan mementingkan kepentingan pemegang sahamnya, sehingga kecil kemungkinan (walau selalu ada kemungkinan) di masa depan ADES melakukan Right issue atau aksi korporasi lain yang akan merugikan pemegang saham..
Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 – Indonesia
ADES (Akasha Wira), Kenapa Menurun?
PT Akasha Wira International Tbk (ADES), profit bersihnya menurun tajam di tahun 2013.
PT Akasha Wira International Tbk didirikan pertama kali di tahun 1985 dengan nama PT Alfindo Putra Setia. PT Alfindo Putra Setia melakukan IPO di tahun 1994, dan pada tahun 2004 perseroan diakuisisi oleh Water Partners Bottling S.A. (WPB), sebuah perusahaan patungan antara Nestlé S.A. dan Refreshment Product Services (anak perusahaan The Coca-Cola Company). Pada tahun 2008, Sofos, sebuah perusahaan Private Equity yang bermarkas di Singapura mengakusisi Water Partners Bottling S.A. (WPB) dan secara tidak langsung menguasai PT Akasha Wira International Tbk (ADES)..
Pada awalnya, ADES hanya bergerak dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang memproduksi serta menjual produk air minum dalam kemasan dengan merek dagang AdeS dan AdeS Royal yang dimiliki oleh The Coca Cola Company, dan Nestlé Pure Life yang dimiliki oleh Nestlé SA. namun Di tahun 2010 Perseroan memperluas bidang usahanya dalam bisnis kosmetika dengan membeli merek produk perawatan rambut Makarizo beserta mesin produksi kosmetika milik PT Damai Sejahtera Mulia.
kinerja PT Akasha Wira International Tbk (ADES) di tahun 2013 tidak sebaik di 2012, terutama dalam hal kemampulabaan.
Jumlah laba komprehensif Perseroan tahun 2013 adalah Rp 56,6 milyar, atau mengalami penurunan sebesar 33% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp 83 milyar. Penurunan Laba bersih tersebut diakibatkan oleh Penjualan bersih tumbuh lebih rendah daripada kenaikan beban.ADES mencatatkan peningkatan beban usaha sebesar Rp 42 milyar di tahun 2013, sedangkan total penjualan berjumlah rp.502,5 M .
Kewajiban jangka panjang ADES per 31 Desember 2013 adalah Rp 68 milyar menurun per 31 Desember 2012 yang sebesar Rp 81 milyar milyar. Penurunan tersebut sebagian besar karena angsuran pelunasan pinjaman bank jangka panjang yang terus dilakukan ADES.
Kinerja Perseroan di tahun 2013 yang tetap positif menghasilkan peningkatan dalam jumlah ekuitas Perseroan per 31 Desember 2013 menjadi Rp 265 milyar, naik 26,61% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, karena saldo rugi ADES peninggalan manajemen terdauhulu masih besar yakni rp 488M, hal ini akan membuat ADES tidak akan membagikan deviden dalam waku dekat ini,
Dari sisi manajemen, ADES menghadapi tantangan akibat adanya pergantian CEO , dari Agoes Wangsapoetra menjadi Martin Jimi di Juni 2013. Pergantian CEO yang disusul Kenaikan beban langsung dan administrasi yg menggerus laba bersih tentu menimbulkan tanda Tanya terkait kemampuan CEO baru untuk mengendalikan biaya.
.
Bila melihat dari sepak terjang Albert Tan-Lienhart dalam mengendalikan Sofos dan ADES, agaknya bisa kita simpulkan bahwa Albert adalah seorang yang konservatif dan mementingkan kepentingan pemegang sahamnya, sehingga kecil kemungkinan (walau selalu ada kemungkinan) di masa depan ADES melakukan Right issue atau aksi korporasi lain yang akan merugikan pemegang saham..
Langganan:
Postingan (Atom)